Koran Jambi, Dalam rangkaian kegiatan Jurnalis touring dikawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Thaha Sayfuddin (STS) beberapa waktu yang lalu, terlihat jelas kondisi kawasan yang mengalami deforestasi dari banyak sisi, dan terlihat jelas banyak kebun sawit serta karet pada umumnya, Kamis 30/06/2022.
Dalam pantauan dan observasi lapangan kondisi yang menyebabkan terjadinya deforestasi pada kawasan STS karena kawasan ini dikelilingi oleh 13 Desa dalam 3 Kecamatan yang kesemuanya berjarak dekat dengan kawasan.
Diperparah lagi pasca dibubarkannya Dinas kehutanan ditingkat Kabupaten Batanghari khususnya tidak ada lagi personil Polisi Hutan (POLHUT) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang bertugas melakukan pengawasan terhadap kawasan TAHURA sehingga menyebabkan oknum ditingkat masyarakat dengan leluasa melakukan okupasi dalam bentuk alih fungsi secara ilegal.
Dalam kegiatan Jurnalis Touring, tim PD IWO Batanghari sempat menanyakan kepada Herman selaku Pamhutswakarsa TAHURA STS, ada berapa hektar kawasan yang masih utuh disekitar pos penjagaan.
“Kawasan yang utuh sekitar pos penjagaan ini masih ada sekitar 10 Ha,” kata Herman singkat.
Dari keterangan Herman, tentu saja memberi gambaran begitu memprihatinkannya kondisi kawasan Tahura STS.
Pemerhati dan pecinta lingkungan boleh optimis karena berdasarkan Keterangan dari Dinas LH Batanghari saat ini Tahura STS sudah memiliki desain tapak yang sudah disetujui kementerian KLHK yang membagi kawasan kedalam beberapa zona/blok.
Enam zona tersebut diantaranya blok perlindungan dengan luas 432,26 ha (2,73%), blok pemanfaatan 824,14 ha (5,21%), blok koleksi 946,48 ha (5,98%), blok rehabilitasi 2.515,41 ha(15,89%), blok tradisional 10.880,19 ha (68,73%) dan blok khusus 231,22 ha (1,46%).
Dengan adanya desain tapak akan jelas nantinya dimana posisi masyarakat boleh memanfaatkan kawasan dan posisi yang sama sekali tidak boleh yang tentunya sesuai dengan petunjuk regulasi yang sudah ditetapkan pemerintah. (Cr01)
