Koran Jambi, Tersangka Kasus Pengajiaya Perawat RS Siloam, Jason telah ditetapkan sebagai tersangka, dan dia juga telah ditahan. Istrinya Melisa (35) memberikan klarifikasi soal kasus yang menjerat suaminya.
Melisa, Istri tersangka Jason telah dipanggil polisi untuk dimintai keterangan terkait kejadian tersebut.
“Istri pelaku mengakui kejadian penganiayaan itu berawal saat ia memberi tahu suaminya tentang keadaan sang anak yang saat itu diduga tangannya berdarah usai ditindak medis oleh korban, dari situlah kemudian terjadi insiden penganiayaan tersebut,” Ujar Kasat Reskrim Polrestabes Palembang Kompol Tri Wahyudi kepada, Senin (19/4/2021), dikutip dari detik.com.
Terpisah, Melisa ketika dihubungi oleh wartawan mengatakan, jika kejadian itu merupakan ketidak profesionalan perawat rumah sakit dalam melayani pasien.
“Iya memang kemarin saya sempat klarifikasi bahwa sebenarnya kejadian itu bermula adanya ketidakprofesionalan seorang suster rumah sakit dalam melayani pasien. Hal itu menurut saya sebagai orang tua bisa berakibat fatal, apalagi anak saya kan masih balita,” beber Melisa, Selasa (29/4/2021).
Melisa mempermasalahkan perlakuan perawat itu. Dia menyebut nada bicara hingga ucapan perawat tersebut dinilainya tak pantas saat menangani pasien.
“Dari awal anak saya dirawat, perasaan saya sudah tidak enak melihat sikap suster itu. Nada bicaranya agak ketus saat menangani anak saya yang rewel, dia nyeletuk ‘Ini (anaknya) rewel terus, harusnya kalau siang jangan ditidurin jadi malam tidak rewel terus’. Saya kan jadi tidak enak dengarnya, kok bisa seorang suster tega ngomong seperti itu,” ujar Melisa.
Baca Juga
Pelaku Penganiayaan Perawat RS Siloam Minta Maaf, Ini Videonya
Penganiaya Perawat RS Siloam Palembang Ditahan
Melisa mengatakan cara perawat mencabut infus anaknya juga kasar. Dia menduga hal itu dilakukan tidak sesuai standar operasional prosedur (SOP).
“Ternyata benar kejadian kan, udah dia nyabutnya kasar darah sampai ke mana-mana di baju, lantai, kasur. Setahu saya usai melepas inpus langsung di kasih alkohol dan kapas, sedangkan anak saya itu tidak kan itu tidak sesuai prosedur. Eh malah saya disalahin katanya, ‘Sebaiknya ibu jangan gendong anak ibu’. Ya ibu mana coba yang tak sampai hati melihat tangan anaknya bercucuran darah sampai ke lantai,” tuturnya.
Melihat yang terjadi pada anaknya, Melisa mengaku panik. Dia juga sempat menyaksikan perawat membersihkan darah anaknya yang berlumuran di lantai.
“Sebagai seorang ibu saya pikir wajar jika saya panik, apalagi setelah liat anak saya sampai keluar darah. Saya juga melihat suster itu langsung ngelapin darah anak saya yang bercucuran di lantai. Si suster itu tidak mau meminta maaf, padahal bukti bekas darahnya di baju, ada semua saya foto,” kata Melisa.
Saat darah keluar, kata dia, perawat di RS Siloam itu hanya memberikan tisu toilet. Anaknya baru mendapatkan penanganan ketika mengadukannya ke kepala perawat.
“Fatal sampai darah bercucuran seperti itu, saya sampai ngadu ke kepala perawat baru ditangani darah tersebut di kasih plester. Kalau suster itu (korban) darah anak saya cuma dibersihkan saja pakai tissu toilet,” ujar Melisa.
“Sebelumnya memang ada rencana mau berdamai, tapi ya saya sekarang pasrah saja dengan kenyataan yang ada, kami serahkan proses hukum sepenuhnya kepada kuasa hukum suami saya,” sambungnya.
Sementara, Direktur Utama RS Siloam Sriwijaya dr Bona Fernando mengatakan perawatnya tidak melanggar SOP saat melayani pasien. Bona mengatakan pencabutan infus sudah sesuai prosedur.
“Itu tidak benar,” kata Bona Fernando saat dihubungi wartawan, Sabtu (17/4).
“Prosedur cabut infus sudah dilakukan sesuai SOP yang berlaku,” sambungnya.(*)
Sumber detik.com